Senin, 05 September 2011

Proyek Gelap Pembawa Masalah

Disaat warga masyarakat memikirkan gimana caranya bisa makan, diwaktu anak sekolah butuh biaya pendidikan tapi mengapa ada pekerjaan pembangunan yang saya kira bukan jadi prioritas mereka. Coba lihatlah disekitar kita, masih banyak warga yang hanya tinggal berdinding bamboo, berlantai tanah, apabila hujan kebocoran dan buang hajat harus ditempat terbuka. Ada apa dengan Pembuat Kebijakan bangsa ini, butakah mereka?tulikah mereka? Saya kira tidak !?! Meski bukan kapasitas saya untuk memikirkan ini, sebagai anak muda penerus bangsa berkewajiban berbuat sekecil apapun untuk kemajuan negeri tercinta ini. 
Tidak bisa dipungkiri sebagian besar proyek pembangunan di Indonesia teridentifikasi adanya tindakan markup, korupsi dan suap melalui celah celah yang bisa dimanfaatkan antara lain koefisien, harga barang dan tahap konstruksi. Tanpa memikirkan uang siapa yang mereka pakai, tanpa memikirkan bagaimana besuknya masih bisa berfungsi apa tidak, karena ada yang beranggapan pekerjaan proyek di bangun untuk dirusak dan dibangun lagi, sehingga para kontraktor & kolega mengacuhkah bestek yang sudah ada. Bahkan ada yang mengedepankan sisi keproyekan dari pada lingkungan, social dan keselamatan hanya untuk mengejar rupiah.

Pada akhir tahun 2010 sekitar bulan November tanpa diprediksi sebelumnya di sepanjang jalan Demang Waru tepatnya di desa Waru kecamatan Rembang kabupaten Rembang, batuan besar bertumpukan disepanjang jalan menyusul beberapa hari kemudian pasir berada disekitarnya. Kebingungan melanda diri ini, proyek apa yang akan di bangun? padahal jalan sudah hotmix dengan kondisi baik,ataupun mungkin dilebarkan? Tidak mungkin karena bahu jalan tidak cukup. Mau diapain ini? Itulah pertanyaan malam sebelum tidur yang terus ku pertanyakan meski untuk ku jawab sendiri, aneh ya..???. Ku sempatkan keesokan harinya bertanya, Alhamdulillah lega hati pertanyaan yang ada terjawab sudah. Tapi kenapa bisa disini ya, kenapa bukan ditempat/ kegiatan lain yang sangat membutuhkan anggaran pembangunan, atas dasar apa, bukanlah lebih bijak untuk kegiatan lain yang lebih mendesak dibanding proyek drainase. Dalam hati emang senang dengan datangnya proyek itu, namun pertanyaan – pertanyaan selalu hadir yang ku coba jawab sendiri.

Beberapa hari kemudian pekerja dan tukang gali tanah mulai mengerjakan tugasnya, terus menggali dan menggali tanpa memperhatikan efek dari pekerjaannya. Tanah bekas galian semakin menumpuk, tak hanya menumpuk tapi berserakan di tengah jalan apabila hujan  menjadi kotor dan debu berterbangan bila panas, yang sebelumnya juga terdapat tumpukan bebatuan besar dan pasir yang memakan bahu jalan ( menjadi sempit ) seolah olah jalan ini milik mereka tanpa memperhatikan fungsi jalan, ditambah lagi pada malam hari yang minim pemberitahuan dan lampu penerang, Sangat Mengganggu. Tidak berapa lama tukang batu mulai memasang batu besar yang sebelumnya sudah dipecah dengan campuran beton yang sebagian menggunakan manual dan molen. Lagi lagi jalan yang dipakai, tidak hanya mengganggu pengguna jalan tapi bekas campuran beton masih tersisa sampai sekarang. Apakah ini gambaran kecil Kegiatan Proyek di Indonesia yang mengesampingkan atau tanpa memperhitungkan orang/ masyarakat luas dengan dalih ini untuk kepentingan mereka juga, masyarakat kecil.

Sepengetahuan saya sebelum adanya kegiatan proyek “papan nama” harus sudah terpasang, tapi pada kenyataannya kegiatan sudah dimulai papan nama juga belum dipasang, tidak tahu atau pura pura tidak tahu?. Dengan adanya papan nama masyarakat mendapat informasi penting nama kegiatan, nama kontraktor, berapa nilai proyek, dan volume pekerjaan. Setelah mendapat protes dari warga sekitar akhirnya papan nama terpasang juga, namun yang di dapat cuma lambang lambang dan informasi yang tidak begitu penting bagiku. tidak hanya itu, semestinya papan nama proyek  memakai tripleks/ multipleks tapi yang saya lihat papan gelagar yang sudah dipotong. Papan proyek saja tega diselewengkan apalagi kegiatan yang lain, heeemmm..Apakah ini gambaran kecil tidak adanya Transparansi dan Akuntabilitas kegiatan proyek di Indonesia terhadap masyarakat kecil.

Melihat apa yang sudah terjadi, saya menganggap proyek pembangunan drainase di Waru tidak ada keseriusan kontraktor/ pemborong dalam mengerjakan proyek. Mulai dari tahap persiapan, konstruksi sampai pasca konstruksi. Memang di lihat dengan kasat mata konstruksi pembangunan terlihat baik, namun belum tentu secara laboratorium dan tahap pengerjaan, karena saya tidak begitu detail mengamatinya. Sudah biasa di dunia proyek, kontraktor pemenang lelang men-sub kontraktorkan lagi kepada pihak ke-2 bahkan ke pemborong setempat yang minim pengetahuan di bidang sipil sehingga pekerjaannya jadi asal- asalan, bisa dikatakan salah satu penyebab kerusakan  pembangunan proyek dikarenakan oleh salah satu faktor ini, “jual beli proyek”.

Menurut informasi yang saya dapat nilai proyek sebesar 5.5 milyard yang di peruntukan buat drainase jalan raya sebelah kanan kiri dengan panjang total 2400 m, itupun tidak semua dibangun drainasenya dan bahkan ada kegiatan proyek drainase PNPM Mandiri Perkotaan. Maaf kalau salah karena tidak ada di papan nama sebagai bentuk transparansi kepada masyarakat, ditambah lagi setelah pekerjaan selesai papan nama proyek hilang entah kemana.

Sekitar awal Februari 2011, jumlah pekerja tinggal sedikit,itupun untuk kegiatan finishing seperti plesteran dan acian drainase. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Pekerjaan proyek yang saya anggap belum rampung tapi sepi dengan pekerja entah sudah digaji penuh atau belum saya tidak tahu. Dalam setiap pembangunan proyek mempunyai tujuan untuk menyelesaikan masalah, tapi pada kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di sepanjang jalan Waru.

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau dibawah tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan manusia, berperan penting mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

Berikut ini Permasalahan yang terjadi di Pembangunan Proyek Drainase Sepanjang jalan Waru Kec/ Kab. Rembang yang masih berlangsung sampai sekarang :
·         Tidak adanya Transparansi dan Akuntabilitas proyek : bisa dilihat dari tidak adanya papan nama proyek, namun akhirnya dipasang setelah mendapat complain dari masyarakat itupun asal jadi, setelah pekerjaan selesai papan proyek hilang.
·         Bekas tanah galian yang masih menumpuk di bahu jalan : sebelumnya lapisan dasar bahu jalan terdiri dari lapisan keras/ macadam. Apabila musim peghujan seperti sekarang ini, motor roda 2 dan 4 sering terperosok karena lapisan dasar sudah tertutupi galian tanah sekitar 10 cm. Tidak hanya itu, fungsi drainase yang semestinya mengalirkan air dari jalan malahan air menggenang di jalan.
·         Bekas campuran beton masih ada yang tersisa di tengah jalan sehingga mengganggu pengendara.
·         Ketika Hujan turun, kondisi jalan menjadi kotor bekas tanah galian yang masih berserakan dan berdebu ketika panas terik.
·         Adanya penyempitan jalan : dikarenakan bekas tanah galian yang masih banyak dan sisa sisa campuran adukan beton yang sangat mengganggu keselamatan pengguna jalan.
Semoga dengan sedikit keluhan ini, kontraktor/ pemborong yang terlibat dalam proyek drainase di desa waru segera berbuat demi kepentingan masyarakat umum.

“Karena Saya Tahu, Saya Bersuara…Karena Saya Muda, Saya Peduli”
Oleh. Heri S

Rabu, 27 Juli 2011

Sabtu, 04 Juni 2011

Dulu Loper Koran, Kini Beromzet Miliaran



Meraih kesuksesan bisnis bisa lewat banyak cara. Salah satunya aksi nekat seperti yang dilakukan Andika Lubis. Tanpa bekal, ia pergi ke Amerika Serikat. Kini perusahaan yang dia bangun sukses besar mencatat omzet hingga Rp 400 juta per bulan.

Banyak pengusaha yang sukses meski tanpa modal besar. Salah satunya adalah Andika Rama Lubis. Pria lulusan Arsitektur Institut Teknologi Nasional Bandung ini lebih banyak memulai bisnisnya dengan modal nekat. Toh, kenekatan itu menggiringnya menjadi pengusaha muda beromzet Rp 5 miliar per tahun.

Saat ini, lewat bendera Eprodeco, Andika berhasil menjadi dekorator tepercaya sejumlah pengelola mal besar di Jakarta. Kliennya mulai dari Plaza Indonesia, sampai perusahaan besar macam Panasonic dan XL Axiata. Satu proyek dekorasi bisa bernilai hingga Rp 300 juta.

Tak hanya dekorasi, lewat induk usaha PT Andrafa Abiatama, Andika juga menyediakan one stop shopping desain kreatif, printing, merchandise, dekorasi, dan event organizer. Sejak pertama kali didirikan pada 2008, klien Andrafa sudah mencapai ratusan perusahaan. Kebanyakan mereka memanfaatkan jasa Andrafa pada acara peluncuran produk.

Dari kecil, Andika yang lahir di Kinabalu, pada 18 September 1974, memang pekerja keras. Ayah ibunya selalu menekankan untuk berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya. “Kalau mau mainan, saya harus beli sendiri dari hasil tabungan, ditambah uang ayah sedikit,” kenang Dika, begitu ia disapa.

Demikian pula saat kuliah. Lantaran usaha ayahnya di bidang desain interior bangkrut terimbas krisis moneter pada 1998, Dika harus pontang-panting mencari biaya tambahan kuliah dengan bekerja serabutan. Beruntung, kala itu Citibank menawarkan program kartu kredit untuk mahasiswa. Ia menjadi agen penjualnya. Keuntungannya lumayan. “Bisa buat nambah-nambah uang kuliah,” ujarnya.

Prinsip kerja keras itu menempa Dika menjadi tidak mudah menyerah dan berani mengejar mimpi. Selulus kuliah, ia sempat bekerja di satu perusahaan. Tapi, tak seberapa lama, ia memutuskan mundur lantaran ingin ingin menimba ilmu dan mendapatkan pengalaman kerja di Amerika Serikat (AS).

Dengan bermodal pinjaman dari sang nenek sebesar Rp 10 juta untuk membeli tiket, Andika nekat pergi ke AS. Padahal, saat itu situasi tengah genting setelah terjadi tragedi WTC 11/9. Beruntung, ia lolos di pembuatan visa turis sampai administrasi di bandara. Karena hanya berbekal uang 100 dollar AS dari pamannya, ia terpaksa tidak makan saat pesawat transit di Singapura dan Jepang.

Sesampai di AS, Dika menyambangi tantenya untuk menumpang hidup. Lantaran hanya menumpang, ia tak berani meminta uang lebih. Ia memutuskan mencari pekerjaan. Peluang termudah adalah menjadi loper koran. Kebetulan, ada seorang loper koran dekat tempat tinggal tantenya mempercayakan pekerjaannya ke Dika.

Saban dini hari, Dika mengantarkan koran dengan meminjam mobil sang tante. Upah mengantar koran lumayan. Dalam dua minggu, ia mendapatkan bayaran 1.500 dollar AS. Tak sampai dua bulan, ia bisa bayar utang ke neneknya.

Hidup Dika juga banyak ditopang oleh belas kasih orang lain. Selama belum memiliki visa kerja, ia ditolong seorang warga China-Amerika. “Saya menggunakan ID dia selama bekerja,” ujarnya.

Tidur cuma dua jam
Singkat cerita, Dika mendaftarkan diri untuk mendapatkan visa pelajar. Ia ingin kuliah di universitas swasta di bidang manajemen bisnis. Tak disangka, ia diterima.

Sembari kuliah, Dika menambah jam kerjanya dengan menjadi penjaga toko, mulai dari pukul 16.00 sampai pukul 22.00. Ia tidur selama dua jam, lantas mulai pukukl 24.00 hingga pukul 06.00 mulai mengantar koran. Ia melanjutkan waktunya untuk kuliah mulai pukul 7.00 pagi sampai pukul 13.00 siang. “Saya melakukan rutinitas itu selama empat tahun,” ujar Dika.

Pada tahun 2003, ada kabar duka datang dari Indonesia. Ayahnya meninggal dunia karena sakit. Ibunya memanggil pulang Dika. Ia harus menggantikan sang ayah sebagai tulang punggung keluarga. Dengan berat hati, Dika meninggalkan bangku kuliah dan memulai usaha dari nol di Indonesia.

Usaha pertamanya adalah membangun creative design dan event organizer bersama seorang teman. Usaha itu sempat sukses dan berhasil membukukan omzet hingga Rp 2 miliar per tahun. Sayang, lantaran ada konflik internal, Dika memutuskan keluar.

Bermodal uang tabungan, bersama sang istri, Rany Fauziah Pospos, yang dinikahinya pada tahun 2005, Dika membangun usaha tandingan. Lewat bendera Andrafa Abiatama, ia mulai mendapatkan aneka proyek. “Pertama, saya dipercaya Panasonic menyediakan aneka merchandise dan produk printing,” kata Dika.

Dika juga menggarap dekorasi mal dan interior apartemen. Sejumlah apartemen di Jakarta pernah mendapat sentuhan desain Andika. Kini, ia tengah bernegosiasi membangun dekorasi panggung acara sirkus. “Nilainya mencapai Rp 700 juta karena panggungnya harus kuat dinaiki gajah,” kata Dika. (Diade Riva Nugrahani/Kontan)
Sumber : Kompas.com

Minggu, 27 Maret 2011

Tidak Percaya..?? Tunggu laga PSIR vs Persebaya tanggal 29 Maret live di ANTV

Bisa dikatakan saya masih belum percaya kalau laga PSIR Rembang vs Persebaya akan disiarkan live oleh ANTV pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2011, begitu juga dengan warga Rembang umumnya.Mungkin inilah yang bisa menguatkan kita bahwa ini bukan mimpi :

Semoga ini menjadi momen terbaik bagi Suporter Ganster, Orensquard dan penonton untuk menunjukan bahwa kita bisa tertib, tidak seperti semula yang suka lempar botol, benda2 lain, semoga awal yang baik membangun nama baik PSIR & suporternya.

Begitu juga dengan Pemain PSIR Rembang, buktikan penampilan terbaikmu, buktikan bahwa kita punya aturan, menghormati wasit,. Jangan sampai kejadian memukul wasit melawan Persibom Bolaang Mongodow terulang lagi,memalukan Wong Rembang semua.

Untuk sementara ini lupakan sejenak tentang carutmarutnya Manajemen PSIR Rembang yang tidak Transparan (keterbukaan) dalam mengelola Keuangan yang memakai dana APBD sebesar 7 Milyard, dukungan sponsor utama Semen Gresik dan sponsor2 lain,tidak hanya itu disetiap pertandingan kandang pendapatan sekitar 50 – 70 juta. Setelah itu, kita Bergerak..Ok gan..!! ( sYn )

Rabu, 23 Maret 2011

Asosiasi Sepakbola Spanyol Mogok, Liga Spanyol Terancam bubar..??


Laga Barcelona melawan Villarreal dan Real Madrid menghadapi Sporting Gijon, 3 April 2011, terancam batal. 
Ini karena LFP (Asosiasi
Liga Profesional Spanyol), yang menaungi klub-klub di DivisiPertama dan Kedua Liga Spanyol, melancarkan aksi mogok menyusul rencana pemerintah Spanyol menyiarkan satu pertandingan La Liga di televisi secara gratis setiap pekannya.

Ancaman pemogokan LFP
sebenarnya sudah muncul sejak Februari 2011 lalu, namun LFP bersedia untuk melakukan mediasi dengan pihak pemerintah dan parlemen.
Setelah tidak ada titik temu, LFP
akhirnya memutuskan untuk menunda semua pertandingan La Liga mulai 3 April 2011,sebagai bentuk protes.

"Untuk itu, LFP tetap pada
pendiriannya untuk menundapertandingan pada 3 Aprilhingga ada perkembangan
konkrit dalam dialog mengenai
administrasi," bunyi pernyataanLFP dalam situs resmi mereka, lfp.es.

LFP mengambil langkah ini untuk
meningkatkan kekuatan klub dalam melakukan negosiasi hak
siar pertandingan. 
LFP juga ingin memastikan berapa pendapatan
klub dari hasil taruhan dan lotereyang dilakukan perusahaan-
perusahaan judi.
Keputusan ini membuat sejumlah pertandingan pentingterancam batal. 

Seharusnya di
pekan ke-30, Barcelona akan bertandang ke markas Villarreal, Stadion El Madrigal, dan Real Madrid menjamu Sporting Gijon di Santiago Bernabeu. 

( ild/sYn )

Rabu, 09 Februari 2011

Ibu, 10 tahun penjara, 10 milyar rupiah


Jika ditanya apa cita-cita saya, saya hampir selalu menjawab bahwa saya ingin membuat Ibu saya bangga. Tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding mendengar Ibu menceritakan aktivitas saya kepada orang lain dengan wajah berbinar-binar. Semua mimpi yang saya bangun satu persatu, dan semoga semua bisa saya raih, saya persembahkan untuk beliau. Belakangan ini, kita dibombardir berita buruk yang tidak habis-habisnya, dan hampir semuanya merupakan isu hukum. Saya… tidak henti-hentinya memikirkan Ibu. Terbangun di tengah malam dan menangis, kehilangan semangat untuk melakukan kegiatan rutin (termasuk, surprisingly, makan), ketidakinginan untuk menyimak berita… Entah apa lagi.
Selasa, 25 Januari 2011, periode ujian akhir semester dimulai. Hari itu juga, Ibu harus menghadiri sidang pembacaan tuntutan. Hampir tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan Ibu saya, yang sejak bulan September 2005 bekerja di Bank Century. Hanya keluarga dan kerabat dekat kami yang mengetahui bahwa Ibu menjadi tersangka di beberapa kasus yang berhubungan dengan pencairan kredit di Bank Century. Sidang pembacaan tuntutan kemarin merupakan salah satu dari beberapa sidang terakhir di kasus pertamanya.
Sejak Bank Century di-bailout dan diambil alih oleh LPS, kira-kira bulan November 2008 (saya ingat karena baru mendapat pengumuman bahwa terpilih sebagai Global Changemaker dari Indonesia), Ibu sering sekali pulang malam, karena ada terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Saya jarang bertemu beliau. Bahkan ketika saya berulangtahun ke 18, saya tidak bertemu dengan Ibu sama sekali, karena beliau masih harus mengurus pekerjaan di kantor. Itu pertama kalinya saya berulangtahun tanpa Ibu.  Seiring dengan diusutnya kasus Century, Ibu harus bolak-balik ke Bareskrim untuk diinterogasi oleh penyidik sebagai saksi untuk kasus-kasus yang melibatkan atasan-atasannya.
Sejak saya kecil, Ibu saya harus bekerja membanting tulang agar kami bisa mendapat hidup yang layak – agar saya mendapat pendidikan yang layak. Ketika saya duduk di SMP, beliau sempat di-PHK karena kantornya ditutup. Kami mengalami kesulitan keuangan pada saat itu, sampai akhirnya saya menerbitkan buku saya agar saya punya “uang saku” sendiri dan tidak merepotkan beliau, maupun Papa. Ibu sempat menjadi broker property, berjualan air mineral galonan, sampai berjualan mukena. Adik pertama saya, Aisya, ketika itu masih kecil. Ibupun mengandung dan melahirkan adik kedua saya, Fara. Akhirnya, ketika buku saya terbit, beliau mendapat pekerjaan di Bank Century. Papa sudah duluan bekerja di sana, tetapi hanya sebagai staf operasional.
Saya lupa kapan… tapi pada suatu hari, saya mendengar status Ibu di Bareskrim berubah menjadi TSK. Tersangka.
Itu merupakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiran saya sebelumnya. Tersangka? Dalam kasus apa? Dituduh menyelewengkan uang?
Sejak Ibu bekerja di Century, hidup kami tetap biasa-biasa saja. Jabatan Ibu sebagai Kepala Divisi boleh dibilang tinggi, tapi tidak membuat kami bisa hidup dengan berfoya-foya. Orang-orang di kantor Ibu bisa punya mobil mahal, belanja tas bagus, make up mahal… Tidak dengan Ibu. Mobil keluarga kami hanya satu, itupun tidak mewah. Saya sekolah di SMA negeri dan tidak bisa memilih perguruan tinggi swasta untuk meneruskan pendidikan karena biayanya bergantung pada asuransi pendidikan. Ibu tidak membiarkan saya mendaftarkan diri untuk program beasiswa di luar negeri – beliau khawatir tidak bisa menanggung biaya hidup saya di sana. Papa di-PHK segera setelah kasus Century mencuat ke permukaan. Papa tidak bekerja, hanya Ibu yang menjadi “tulang punggung” di keluarga saya. Papa dan saya sifatnya hanya “membantu”.
Saat itu, berat sekali rasanya, Ibu memiliki titel “tersangka” di suatu kasus. Saya tidak bisa mendeskripsikan perasaan saya ketika itu. Saya duduk di Kelas 3 SMA tatkala status Ibu berubah. Ibu jatuh sakit karena tertekan. Tepat satu hari sebelum Ujian Akhir Nasional, Ibu harus diopname, dan saya baru tahu pukul 10 malam karena keluarga saya khawatir hal ini akan mengganggu konsentrasi saya dalam menjalani ujian. Saya tidak lagi bisa memfokuskan pikiran saya terhadap UAN SMA. Pikiran saya hanya Ibu, Ibu, dan Ibu.
Sejak itu, hidup kami benar-benar berubah… walau dari luar, Ibu dan Papa berusaha terlihat biasa-biasa saja. Mereka tidak cerita banyak kepada saya. Mobil dijual dan mereka membeli yang jauh lebih murah. Kami jarang pergi jalan-jalan dan saya jarang mendapat uang jajan. Kami lebih jarang menyantap pizza hasil delivery order. Supir diberhentikan, dan hanya punya satu pembantu di rumah. Ibu dipindahkan ke kantor cabang, sementara Papa mengalami kesulitan mencari pekerjaan. Saya beruntung, mereka berdua tidak pernah menahan saya dari melakukan hal-hal yang saya mau lakukan, terutama aktivitas Global Changemakers dan IYC. Tapi, saya sadar, bahwa hidup kami benar-benar berubah.
I can live with that. I’m willing to work part time, do internships, and work my ass off to publish more and more books if it would help my parents, especially my mother. Although I don’t have my own car and I can’t shop luxurious stuff just like my friends do, I’m happy, and I’m willing to live like that. Saya mau, meski hal tersebut pasti melelahkan. Saya memilih beasiswa dari BINUS International dibanding Universitas Indonesia, salah satunya juga supaya orangtua saya tidak perlu lagi membiayai pendidikan saya. Supaya uang untuk saya bisa digunakan untuk membiayai pendidikan adik-adik saya. Saya ingin mereka bisa les Bahasa Inggris bertahun-tahun seperti saya dulu… siapa tahu mereka bisa memenangkan kompetisi-kompetisi internasional yang bergengsi.
Awalnya pun berat bagi Ibu, tapi lambat laun, Ibu sangat ikhlas. Ibu jarang membagi kesulitannya kepada saya – selalu disimpan sendiri atau dibagi ke Papa. Beliau hanya mengingatkan saya untuk tidak lupa shalat dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai-nilai yang baik agar beasiswa tidak dicabut. Dari apa yang dialami Ibu, saya belajar untuk tidak dengan mudah mempercayai orang lain. Ibu orang baik dan hampir tidak pernah berprasangka buruk. Tapi sepertinya kebaikannya justru dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain.
Ibu dituduh terlibat dalam pencairan beberapa kredit bermasalah, yang disebut sebagai “kredit komando” karena bisa cair tanpa melalui prosedur yang seharusnya. Beberapa kredit cair tanpa ditandatangani oleh Ibu sebelumnya. Padahal, seharusnya semua kredit baru bisa cair setelah ditandatangani oleh beliau yang menjabat sebagai Kepala Divisi Corporate Legal. Ya, tidak masuk akal.
“Kredit komando” ini terjadi atas perintah dua orang yang mungkin sudah familiar bagi orang-orang yang mengikuti kasus Century melalui berita, Robert Tantular dan Hermanus Hasan Muslim. Dua orang ini sudah ditahan dan seharusnya, menurut saya, kasusnya sudah selesai. Ibu dulu hanya menjadi saksi dalam kasus mereka berdua, karena kredit-kredit tersebut cair karena perintah mereka, bukan Ibu. Bahkan tandatangan Ibu pun “dilangkahi”. Pertanyaan saya, mengapa Ibu dijadikan tersangka? Nonsens.
Oleh karena itulah, saya optimis. Saya tahu bahwa Ibu tidak bersalah, walaupun saya ‘awam’ dalam dunia hukum perbankan. Saya selalu berkata kepada Ibu bahwa semua akan baik-baik saja, karena itulah yang saya percayai, bahwa negara ini (seharusnya) melindungi mereka yang tidak bersalah, bahwa negara ini adalah negara hukum.
Sampai akhirnya, pada tanggal 25 Januari 2011, sehari sebelum saya ujian Introduction to Financial Accounting, saya harus menerima sesuatu yang, sedikit-banyak, menghancurkan mimpi yang telah saya bangun bertahun-tahun, dalam sekejap.
Hari itu seharusnya menjadi hari yang biasa-biasa saja. Ujian hari itu bisa saya kerjakan dengan baik. Saya pulang cepat dari kampus, tidur siang, bangun dan menonton televisi. Ibu pulang malam. Status BBM salah seorang tante berisi: “Deep sorrow, Arga”. (Nama Ibu adalah Arga Tirta Kirana). Saat itu, untuk sejenak, saya tidak mau tahu apa yang terjadi. Hari itu, Ibu dan Papa pergi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk mendengar pembacaan tuntutan.
Ibu dituntut kurungan 10 tahun penjara dan denda sebesar 10 milyar Rupiah.
Sesak nafas. Yang terasa cuma airmata yang tidak berhenti.
Mungkin, ini cuma mimpi buruk… Mungkin, ketika terbangun, ternyata kasus ini sudah berakhir, dan saya bisa menjalani hidup yang “biasa” lagi dengan Ibu, Papa, dan dua adik-adik yang masih kecil. Walau hidup kami tidak mewah, tapi bahagia. Tidak harus ada sidang, tidak harus ada penyidikan di Bareskrim, tidak harus ada pulang larut karena harus ke kantor pengacara, tidak harus melewatkan makan malam yang biasanya dinikmati bersama-sama. Saya kangen Ibu masak di rumah: pudding roti, spaghetti, roast chicken, sop buntut, apapun. Saya kangen pergi ke luar kota, walau cuma ke Bogor, bersama keluarga. Hal-hal kecil yang sudah tidak bisa kami nikmati lagi. Kalau ini hanya mimpi buruk, saya mau cepat-cepat bangun.
Mungkin saya tidak sepintar banyak orang di luar sana, terutama para ahli hukum: mulai dari hakim, jaksa, sampai pengacara maupun notaris. Saya tiga kali mencoba untuk diterima di FHUI, dan tiga kali gagal. Tapi, saya bisa menilai bahwa tuntutan yang diajukan itu tidak masuk di akal.
Gayus – kita semua tahu kasusnya, kekayaannya, kontroversinya – divonis 7 tahun penjara dan denda 300 juta. Robert Tantular dituntut hukuman penjara selama 8 tahun dan Hermanus Hasan Muslim dituntut hukuman penjara selama 6 tahun dari PN Jakarta Pusat. Lalu, mengapa Ibu 10 tahun? Setolol dan seaneh apapun saya, saya cukup waras untuk tidak sanggup mengerti konsep tersebut menggunakan nalar dan logika saya. Apakah karena keluarga kami tidak memiliki uang? Ataukah karena Ibu justru terlalu baik?
Ini negara yang saya dulu percayai, negara yang katanya berlandaskan hukum. Atas nama Indonesia, saya dulu pergi ke forum internasional Global Changemakers. Atas nama Indonesia, saya mengikuti summer course di Montana. Untuk Indonesia, saya memiliki ide dan mengajak teman-teman menyelenggarakan Indonesian Youth Conference 2010. Indonesia yang sama yang membiarkan ketidakadilan menggerogoti penduduknya. Indonesia yang sama yang membiarkan siapapun mengkambinghitamkan orang lain ketika berbuat kesalahan, selama ada uang. Indonesia yang sama yang menghancurkan mimpi-mimpi saya.
“Apa yang Alanda ingin lakukan sepuluh tahun lagi?”
Sebelumnya saya tahu, saya punya begitu banyak mimpi yang ingin dicapai, untuk membuat Ibu bangga, dan – mungkin – untuk Indonesia. Ingin mendirikan sekolah supaya pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik, ingin menyelenggarakan IYC terus menerus agar ada banyak agen perubahan di Indonesia, ingin ini dan ingin itu. Keinginan-keinginan itu mati tanpa diminta. Sekarang hanya ingin Ibu bebas dari seluruh kasus tersebut. Sekarang hanya ingin hidup bahagia bersama Ibu, Papa, dan adik-adik – di rumah kami yang tidak besar tapi cukup nyaman; jalan-jalan dengan mobil yang tidak mahal tapi bisa membawa kami pergi ke tempat-tempat menyenangkan.
Saya mau ada Ibu di ulangtahun saya yang keduapuluh, dua minggu lagi. Saya mau ada Ibu di peluncuran buku saya – seperti biasanya. Saya mau ada Ibu waktu nanti saya lulus dan diwisuda. Saya mau ada Ibu ketika saya suatu hari nanti menikah. Saya mau ada Ibu ketika saya hamil dan melahirkan anak-anak saya.
Uang, politik, hukum yang ada di negara ini menghancurkan bayangan saya tentang hal itu. Mungkin selamanya pilar-pilar hukum hanya akan mempermasalahkan kredit-kredit macet, menjebloskan orang-orang ‘kecil’ ke penjara tanpa bukti dan analisa yang komprehensif (maupun putusan yang masuk di akal), bukan 6,7T yang entah ada di mana saat ini. Mungkin hal-hal seperti ini yang membuat pemuda-pemuda optimis berhenti berkarya untuk Indonesia. Mungkin hal-hal seperti ini yang membuat individu-individu brilian memilih untuk tinggal dan berkarya bagi negara lain… agar keluarga mereka tetap utuh. Supaya mereka tidak harus menghadapi ketidakadilan yang menjijikan seperti ini.
Saya mau Ibu ada di rumah, Indonesia. Tidak di penjara, tidak di tempat lain, tapi di rumah, bersama saya, Papa, Aisya, dan Fara.
Hari Kamis, Ibu akan membacakan pledooi (pembelaan) di PN Jakarta Pusat. Ibu akan menceritakan seluruh kejadian yang beliau alami dan mengapa seharusnya beliau tidak mengalami tuduhan apalagi tuntutan ini.
Saya mohon doanya buat Ibu, walau mungkin Anda tidak pernah mengenalnya. Ia berjasa besar bagi saya, dan saya yakin, bagi banyak orang di luar sana. Beliau membutuhkan doa, dukungan, dan bantuan dari banyak orang.
Even if I have to let Indonesian Youth Conference go, even if I have to work hard 24/7 to live without having to ask for allowances from my mother… I’m willing to do so.
I just want her to stay with me… instead of behind those scary bars. I just want her to witness everything that I will achieve in the future. I just want her to see my little sisters grow up, beautifully. I just want her to always be there around the dining table, and we’ll have dinner together. I just want her to cook again for the whole family on Sunday mornings. I just want her to let me drive for her when she has to go somewhere. I just want her to listen to my stories about my boyfriend, my friend, campus life, or silly little things. I just want her here… Here.
I love you, Mum. I do… :’(

Selasa, 25 Januari 2011

Foto Memory 1


Meeting

Malu aku malu pada tukang foto

Model Kaos Dalam

Seember Duaember

Ono Opo Plilak Plilik..???

Rabu, 12 Januari 2011

KPK Supervisi Kasus Dugaan Korupsi Bupati Rembang



SEMARANG - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berencana melakukan supervisi dalam kasus dugaan penyimpangan APBD Kabupaten Rembang 2006/2007 dengan tersangka Bupati Mochammad Salim.
“Hal tersebut dinyatakan dalam surat KPK yang bernomor R.3397/40-43/12/2010 tertanggal 31 Desember 2010 yang ditandatangani pelaksana harian Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat Eko Marjono,” kata Ketua Divisi Peradilan Korupsi Komite Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KP2KKN) Jawa Tengah, Windy Setyawan Putra, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (11/1).
Ia mengatakan, surat dari KPK yang diterima pihaknya hari ini merupakan balasan terhadap pengaduan dari KP2KKN Jateng dengan nomor 54/SK/KP2KKN/XI/2010 yang dikirimkan 9 November 2010 agar KPK mengambil alih kasus dugaan korupsi yang melibatkan Bupati Rembang.
Menurut dia, pihaknya mengadukan kasus tersebut ke KPK karena Kepolisian Daerah Jawa Tengah yang menangani kasusnya dianggap tidak transparan dan terkesan mengulur-ulur waktu dengan mengajukan surat izin pemeriksaan dari Presiden.
“Diharapkan dengan adanya supervisi dari KPK maka Bupati Rembang yang saat ini masih menjabat dapat segera dinonaktifkan untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut,” ujarnya.
Kepala Bidang Humas Polda Jateng Kombes Djihartono yang dihubungi melalui telepon mengaku belum menerima pemberitahuan bahwa KPK akan melakukan supervisi kasus Bupati Rembang.
“Biasanya supervisi dilakukan terhadap kasus yang sudah dilimpahkan ke kejaksaan dan memasuki tahap satu atau sudah dinyatakan lengkap (P-21),” katanya.
Selain Bupati Rembang Mochammad Salim, penyidik Polda Jateng juga telah memeriksa dan menetapkan Direktur PT Rembang Bangkit Sejahtera Jaya (RBSJ) Siswadi sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi yang sama.
Penyidik Polda Jateng melakukan penyelidikan kasus penyimpangan dana APBD Kabupaten Rembang 2006/2007 sejak November 2009 dan menaikkan status penanganan ke tahap penyidikan pada 25 Mei 2010.
Tersangka yang terpilih kembali menjabat Bupati Rembang periode 2010-2015 diduga menyalahgunakan wewenang dalam kerja sama penyertaan modal usaha dengan PT Rembang Bangkit Sejahtera Jaya (RBSJ) yang diperkirakan mencapai Rp35 miliar.
Namun dari hasil penyidikan sementara pihak kepolisian dan hasil audit BPK yang telah dilakukan baru dapat dibuktikan kerugian negara sekitar Rp5,2 miliar. (Ant/OL-2)
Sumber:-MICOM:


Senin, 10 Januari 2011

Serba Kikil di Warung Pak Bejo


Sumsum pada kikil atau kaki sapi, diyakini bagus untuk kesehatan tulang pada manusia. Meski masih banyak membutuhkan penjelasan secara medis, jarang yang menampik keyakinan itu.
Keyakinan itulah yang dibawa Bejo (46), warga Jalan Diponegoro Nomor 29 RT 4 RW 1 Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang saat pulang dari perantauan. Hampir 20 tahun tinggal di Surabaya, membuat lidahnya ogah lepas dari menu berbahan baku kikil sapi.

Saat pulang ke Rembang, ia pun “memboyong” pengalamannya mengolah kikil sapi dengan membuka warung makan yang menyajikan beragam menu serba kikil. Ada kikil kuah, bakso dan lontong kikil. “Semua dijamin dari bahan alami, bebas boraks dan formalin. Karena kami memang ingin menyajikan menu sehat yang menyehatkan,” ujarnya.
Tak sulit mencari bahan baku kikil sapi di Rembang. Bapak tiga anak ini mengaku mendapat kikil dari tukang jagal di Rembang. Jagal sapi biasanya sudah menyiapkan kikil masak, namun Bejo justru memilih kikil sapi yang masih mentah. “Kikil kemudian dimasak sampai lunak untuk mendapatkan kaldunya. Kikil yang lunak kemudian diiris-iris kecil untuk disajikan,” terangnya.

Kaldu Gurih
Berbagai bumbu “rahasia” ditambahkan. Hasilnya, bumbu kaldu kental kecoklatan akan semakn gurih saat disajikan dengan potongan kikil lunak. Untuk kikil kuah, kaldu kental disiram pada kikil yang telah diiris. Ditambahkan sedikit bawang goreng dan irisan jeruk nipis, membuat menu Jawa Timur-an itu semakin nikmat.

“Kuah kikil, bakso dan lontong kikil harganya sama masing-masing Rp 8 ribu. Untuk menu campur harganya Rp 10 ribu per porsi,” ujarnya.
Lokasinya yang berada di pinggir Jalur Pantura Kota Rembang membuat warung sederhananya kerap menjadi tempat jujukan. Selain warga Rembang, menu serba kikil racikannya menjadi langganan pengguna jalur Pantura, khususnya yang berasal dari Jawa Timur. “Saat arus balik dan mudik Lebaran lalu, banyak orang Jawa Timur-an yang mampir di sini,” terang suami Rumiyatun (38) itu.
Di tempat asalnya, menu kikil disajikan tanpa tambahan apapun. Namun bagi warga Rembang yang doyan masakan asin dan pedas, sering meminta saus pedas sebagai tambahannya. “Karena banyak yang meminta kami pun sengaja menyiapkan saus untuk memanjakan lidah para pelanggan kami,” terangnya.( Saiful Annas / CN13 )

Sumber: Cybernews

Selasa, 04 Januari 2011

Jalan Setapak Kamanisan Serang


Ibu ibu dengan sadar keikhlasannya bahu membahu membawa seember material untuk jalan langkah kakinya yang lebih baik.


Minggu, 02 Januari 2011

Kita Selamanya



Detak detik tirai mulai menutup panggung
tanda scenario baru mulai diusung
lembaran kertas barupun terbuka
tinggalkan yang lama, biarkan sang pena berlaga
kita pernah sebut itu kenangan tempo dulu
pernah juga hilang atau takkan pernah berlalu
masa jaya putih biru atau abu-abu
memori crita cinta aku, dia dan kamu
saat dia (dia) dia masuki alam pikiran
ilmu bumi dan sekitarnya jadi kudapan
cinta masa sekolah yang pernah terjadi
dat was the moment a part of sweet memory
kita membumi, melangkah berdua
kita ciptakan hangat sebuah cerita
mulai dewasa, cemburu dan bungah
finally now, its our time to make a history
bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat... kita untuk slamanya!
satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan
saat duka bersama, tawa bersama
berpacu dalam prestasi... (huh) hal yang biasa
satu persatu memori terekam
didalam api semangat yang tak mudah padam
kuyakin kau pasti sama dengan diriku
pernah berharap agar waktu ini tak berlalu
kawan... kau tahu, kawan... kau tahu kan?
beri pupuk terbaik untuk bunga yang kau simpan
bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat... kita untuk slamanya!
satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan
bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan dan saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
kenanglah sahabat...

Kita Selamanya By. Bepe Feat F2B

Ancol, KKL Teknik Sipil 2005