Senin, 05 September 2011

Proyek Gelap Pembawa Masalah

Disaat warga masyarakat memikirkan gimana caranya bisa makan, diwaktu anak sekolah butuh biaya pendidikan tapi mengapa ada pekerjaan pembangunan yang saya kira bukan jadi prioritas mereka. Coba lihatlah disekitar kita, masih banyak warga yang hanya tinggal berdinding bamboo, berlantai tanah, apabila hujan kebocoran dan buang hajat harus ditempat terbuka. Ada apa dengan Pembuat Kebijakan bangsa ini, butakah mereka?tulikah mereka? Saya kira tidak !?! Meski bukan kapasitas saya untuk memikirkan ini, sebagai anak muda penerus bangsa berkewajiban berbuat sekecil apapun untuk kemajuan negeri tercinta ini. 
Tidak bisa dipungkiri sebagian besar proyek pembangunan di Indonesia teridentifikasi adanya tindakan markup, korupsi dan suap melalui celah celah yang bisa dimanfaatkan antara lain koefisien, harga barang dan tahap konstruksi. Tanpa memikirkan uang siapa yang mereka pakai, tanpa memikirkan bagaimana besuknya masih bisa berfungsi apa tidak, karena ada yang beranggapan pekerjaan proyek di bangun untuk dirusak dan dibangun lagi, sehingga para kontraktor & kolega mengacuhkah bestek yang sudah ada. Bahkan ada yang mengedepankan sisi keproyekan dari pada lingkungan, social dan keselamatan hanya untuk mengejar rupiah.

Pada akhir tahun 2010 sekitar bulan November tanpa diprediksi sebelumnya di sepanjang jalan Demang Waru tepatnya di desa Waru kecamatan Rembang kabupaten Rembang, batuan besar bertumpukan disepanjang jalan menyusul beberapa hari kemudian pasir berada disekitarnya. Kebingungan melanda diri ini, proyek apa yang akan di bangun? padahal jalan sudah hotmix dengan kondisi baik,ataupun mungkin dilebarkan? Tidak mungkin karena bahu jalan tidak cukup. Mau diapain ini? Itulah pertanyaan malam sebelum tidur yang terus ku pertanyakan meski untuk ku jawab sendiri, aneh ya..???. Ku sempatkan keesokan harinya bertanya, Alhamdulillah lega hati pertanyaan yang ada terjawab sudah. Tapi kenapa bisa disini ya, kenapa bukan ditempat/ kegiatan lain yang sangat membutuhkan anggaran pembangunan, atas dasar apa, bukanlah lebih bijak untuk kegiatan lain yang lebih mendesak dibanding proyek drainase. Dalam hati emang senang dengan datangnya proyek itu, namun pertanyaan – pertanyaan selalu hadir yang ku coba jawab sendiri.

Beberapa hari kemudian pekerja dan tukang gali tanah mulai mengerjakan tugasnya, terus menggali dan menggali tanpa memperhatikan efek dari pekerjaannya. Tanah bekas galian semakin menumpuk, tak hanya menumpuk tapi berserakan di tengah jalan apabila hujan  menjadi kotor dan debu berterbangan bila panas, yang sebelumnya juga terdapat tumpukan bebatuan besar dan pasir yang memakan bahu jalan ( menjadi sempit ) seolah olah jalan ini milik mereka tanpa memperhatikan fungsi jalan, ditambah lagi pada malam hari yang minim pemberitahuan dan lampu penerang, Sangat Mengganggu. Tidak berapa lama tukang batu mulai memasang batu besar yang sebelumnya sudah dipecah dengan campuran beton yang sebagian menggunakan manual dan molen. Lagi lagi jalan yang dipakai, tidak hanya mengganggu pengguna jalan tapi bekas campuran beton masih tersisa sampai sekarang. Apakah ini gambaran kecil Kegiatan Proyek di Indonesia yang mengesampingkan atau tanpa memperhitungkan orang/ masyarakat luas dengan dalih ini untuk kepentingan mereka juga, masyarakat kecil.

Sepengetahuan saya sebelum adanya kegiatan proyek “papan nama” harus sudah terpasang, tapi pada kenyataannya kegiatan sudah dimulai papan nama juga belum dipasang, tidak tahu atau pura pura tidak tahu?. Dengan adanya papan nama masyarakat mendapat informasi penting nama kegiatan, nama kontraktor, berapa nilai proyek, dan volume pekerjaan. Setelah mendapat protes dari warga sekitar akhirnya papan nama terpasang juga, namun yang di dapat cuma lambang lambang dan informasi yang tidak begitu penting bagiku. tidak hanya itu, semestinya papan nama proyek  memakai tripleks/ multipleks tapi yang saya lihat papan gelagar yang sudah dipotong. Papan proyek saja tega diselewengkan apalagi kegiatan yang lain, heeemmm..Apakah ini gambaran kecil tidak adanya Transparansi dan Akuntabilitas kegiatan proyek di Indonesia terhadap masyarakat kecil.

Melihat apa yang sudah terjadi, saya menganggap proyek pembangunan drainase di Waru tidak ada keseriusan kontraktor/ pemborong dalam mengerjakan proyek. Mulai dari tahap persiapan, konstruksi sampai pasca konstruksi. Memang di lihat dengan kasat mata konstruksi pembangunan terlihat baik, namun belum tentu secara laboratorium dan tahap pengerjaan, karena saya tidak begitu detail mengamatinya. Sudah biasa di dunia proyek, kontraktor pemenang lelang men-sub kontraktorkan lagi kepada pihak ke-2 bahkan ke pemborong setempat yang minim pengetahuan di bidang sipil sehingga pekerjaannya jadi asal- asalan, bisa dikatakan salah satu penyebab kerusakan  pembangunan proyek dikarenakan oleh salah satu faktor ini, “jual beli proyek”.

Menurut informasi yang saya dapat nilai proyek sebesar 5.5 milyard yang di peruntukan buat drainase jalan raya sebelah kanan kiri dengan panjang total 2400 m, itupun tidak semua dibangun drainasenya dan bahkan ada kegiatan proyek drainase PNPM Mandiri Perkotaan. Maaf kalau salah karena tidak ada di papan nama sebagai bentuk transparansi kepada masyarakat, ditambah lagi setelah pekerjaan selesai papan nama proyek hilang entah kemana.

Sekitar awal Februari 2011, jumlah pekerja tinggal sedikit,itupun untuk kegiatan finishing seperti plesteran dan acian drainase. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Pekerjaan proyek yang saya anggap belum rampung tapi sepi dengan pekerja entah sudah digaji penuh atau belum saya tidak tahu. Dalam setiap pembangunan proyek mempunyai tujuan untuk menyelesaikan masalah, tapi pada kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di sepanjang jalan Waru.

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau dibawah tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan manusia, berperan penting mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

Berikut ini Permasalahan yang terjadi di Pembangunan Proyek Drainase Sepanjang jalan Waru Kec/ Kab. Rembang yang masih berlangsung sampai sekarang :
·         Tidak adanya Transparansi dan Akuntabilitas proyek : bisa dilihat dari tidak adanya papan nama proyek, namun akhirnya dipasang setelah mendapat complain dari masyarakat itupun asal jadi, setelah pekerjaan selesai papan proyek hilang.
·         Bekas tanah galian yang masih menumpuk di bahu jalan : sebelumnya lapisan dasar bahu jalan terdiri dari lapisan keras/ macadam. Apabila musim peghujan seperti sekarang ini, motor roda 2 dan 4 sering terperosok karena lapisan dasar sudah tertutupi galian tanah sekitar 10 cm. Tidak hanya itu, fungsi drainase yang semestinya mengalirkan air dari jalan malahan air menggenang di jalan.
·         Bekas campuran beton masih ada yang tersisa di tengah jalan sehingga mengganggu pengendara.
·         Ketika Hujan turun, kondisi jalan menjadi kotor bekas tanah galian yang masih berserakan dan berdebu ketika panas terik.
·         Adanya penyempitan jalan : dikarenakan bekas tanah galian yang masih banyak dan sisa sisa campuran adukan beton yang sangat mengganggu keselamatan pengguna jalan.
Semoga dengan sedikit keluhan ini, kontraktor/ pemborong yang terlibat dalam proyek drainase di desa waru segera berbuat demi kepentingan masyarakat umum.

“Karena Saya Tahu, Saya Bersuara…Karena Saya Muda, Saya Peduli”
Oleh. Heri S